Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Limbah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Fenti selaku guru K3LH yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana pengolahan limbah yang baik. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Pengolahan limbah cair sangat tergantung dari kemampuan badan air (sungai, dan lain)untuk menerima beban yang berupa limbah tanpa mengakibatkan pencemaran. Kemampuan ini sangat berbeda-beda tergantung dari beberapa factor misalnya debit air, kedalama, klimatologi, dan lain-lain.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Limbah merupakan suatu barang (benda) sisa dari sebuah kegiatan produksi yang tidak bermanfaat/bernilai ekonomi lagi. Limbah sendiri dari tempat asalnya bisa beraneka ragam, ada yang limbah dari rumah tangga, limbah dari pabrik-pabrik besar dan ada juga limbah dari suatu kegiatan tertentu. Dalam dunia masyarakat yang semakin maju dan modern, peningkatan akan jumlah limbah semakin meningkat. Logika yang mudah seperti ini; dahulunya manusia hanya menggunakan jeruk nipis untuk mencuci piring, namun sekarang manusia sudah menggunakan sabun untuk mencuci piring sehingga peningkatan akan limbah tak bisa di elakkan lagi. Pada pengelompokan limbah berdasarkan wujud lebih cenderung di lihat dari fisik limbha tersebut.
Contohnya limbah padat, disebut limbah padat karena memang fisiknya berupa padat, sedangkan limbah cair dikarenakan fisiknya berbentuk cair, begitu pula dengan limbah gas. Limbah Gas, merupakan jenis limbah yang berbentuk gas, contoh limbah dalam bentuk Gas antara lain: Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), SO2,HCL,NO2. Dan lain-lain.
Limbah cair, adalah jenis limbah yang memiliki fisik berupa zat cair misalnya: Air Hujan, Rembesan AC, Air cucian, air sabun, minyak goreng buangan, dan lain-lain. Limbah padat merupakan jenis limbah yang berupa padat, contohnya: Bungkus jajanan, plastik, ban bekas, dan lain-lain. Berdasarkan sumbernya. Berdasarkan senyawa limbah dibagi lagi menjadi dua jenis, yakni limbah organik dan limbah anorganik.
Limbah Organik, merupakan limbah yang bisa dengan mudah diuraikan (mudah membusuk), limbah organik mengandung unsur karbon. Contoh limbah organik dapat anda temui dalam kehidupan sehari-hari, contohnya kotoran manusia dan hewan. Limbah anorganik, adalah jenis limbah yang sangat sulit atau bahkan tidak bisa untuk di uraikan (tidak bisa membusuk), limbah anorganik tidak mengandung unsur karbon. Contoh limbah anorganik adalah Plastik dan baja.
Lebih kita kenal dengan istilah limbah rumah tangga. Limbah domestik ini berasal dari pembuangan dalam rumah tangga, seperti sampah dan sejenisnya. Limbah ini dihasilkan dari sisa pembuangan makanan, sisa barang-barang yang sudah tidak terpakai dan ingin segera dibuang, air bekas mencuci atau mandi dan kotoran yang berasal dari tubuh manusia (feses dan urin). Sejatinya limbah domestik tidak berbahaya seperti limbah industri.
Akan tetapi jika pembuangannya tidak tepat bisa menjadi sumber penyakit bagi masyarakat. B) Definisi limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah RI NO. 18 Tahun 1999 B3 adalah semua bahan/senyawa baik padat, cair ataupun gasyang mempunya potensi merusak terhadap kesehatan manusia serta lingkungan akibat sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut.
Selain pengelompokan limbah-limbah diatas masih ada lagi jenis limbah yang lain, yakni limbah B3. Dari pengertian umumnya limbah merupakan suatu barang sisa yang bisa berupa padat, cair dan gas.
Limbah B3 sendiri merupakan jenis limbah yang sangat berbahaya, suatu limbah dapat dikatakan sebagai limbah B3 jika mengandung bahan yang berbahaya serta beracun karena sifat dan konsentrasinya bisa mencemari lingkungan dan membahayakan kehidupan manusia dan lingkungan. Limbah B3 sendiri masih memiliki beberapa karateristik lagi yakni; Beracun, mudah meledak mudah terbakar, bersifat korosif, bersifat reaktif, dapat menyebabkan infeksi dan masih banyak lagi. 4) Senyawa B3 Contoh limbah B3 antara lain logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol, dan lain sebagainya. 5) Limbah B3 dalam rumah tangga Contoh produk limbah rumah tangga berpotensi B3, yaitu sebagai berikut: a) Dapur: pembersih lantai, kompor gas, pembersih kaca, plastik, racun tikus, dan bubuk pembersih. B) Tempat cucian: pembersih, detergen, pembersih lantai, bahan pencelup, dan pembuka sumbat saluran air kotor.
C) Kamar mandi: aerosol, disifektan, hair spray, pewarna rambut, pembersih toilet, dan medicated shampoo. D) Kamar tidur: kamper, obat anti nyamuk, baterai, cat kuku, dan pembersih. E) Garasi dan gudang: oli dan aki mobil, minyak rem, catwax, pembesih karburator, cat dan tiner, lem, pembunuh tikus, semir sepatu, dan genteng asbes.
F) Ruang tamu: pembersih karpet, pembersih lantai, pembersih perabotan, pembersih kaca, pengharum ruangan. G) Taman: pupuk dan insektisida. H) Ruang makan: bumbu dan obat. Limbah telah menjadi persoalan penting di negeri ini, untuk menciptakan negeri yang bersih dan sehat tentunya harus kita mulai dengan cara hidup bersih dan sehat pula. Untuk itu mulailah dengan kehidupan sehari-hari misalnya saja membersihkan halaman rumah, selokan didepan rumah dan juga sadarkan diri akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
Kesadaran ini juga harus dilakukan oleh semua pihak, terutama jangan lagi ada pabrik-pabrik yang membuang limbah di sungai. Selain merugikan bagi kesehatan limbah yang di buang di sungai juga bisa membawa efek yang lain, misalnya saja biota sungai seperti ikan, plankton dan tanaman air akan mati.
Sungai yang tercemar juga akan sangat buruk dipandang, mestinya sungai bisa kita manfaatkan sebagai tempat rekreasi dan mencari rezeki namun jika sudah tercemar seperti ini mau bagaimana lagi. Semoga kedepannya Indonesia menjadi negara yang bersih, sehat dan bersih dari limbah. Contoh pengolahan air limbah domestik adalah dengan menggunakan bak penangkap minyak dan lemak, bak pengendapan awal, bak aerasi, bak pengendapan akhir, filtrasi dan desinfeksi. Meski demikian, sistem pengolahan air bersih maupun air limbah domestik yang digunakan dalam hunian dibangun dengan menyesuaikan keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan. Konsultasikanlah dengan pihak terkait untuk mendapatkan system pengolahan air bersih maupun air limbah domestik yang baik dalam hunian maupun perusahaan Anda.
Setiap jenis industri mempunyai karakteristik limbah cair yang spesifik, yang berbeda dengan jenis industri lainnya, walaupun mungkin suatu jenis industri mempunyai beberapa parameter pencemar yang sama dengan industri lainnya. Perbedaan karakteristik limbah cair industri akan menyebabkan proses pengolahan limbah cair industri tersebut berbeda antara satu industri dengan industri lainnya. Limbah cair industri harus diolah sedemikian rupa sehingga tidak akan mencemari badan air setempat dimana limbah cair tersebut akan dibuang. Pemilihan suatu proses pengolahan limbah cair industri tergantung dari:. Karakteristik limbah cair industri yang bersangkutan. Dalam hal ini penting dipertimbangkan bentuk dari zat pencemar, misalnya materi tersuspensi, koloid atau terlarut, kemampuan polutan tersebut untuk dapat terurai secara biologis ( biodegradability); dan toksiksitas senyawa organik dan inorganik. Kualitas efluen yang diinginkan. Perlu dipertimbangkan pula kemungkinan dilakukannya batasan di masa yang akan datang, seperti misalnya batasan toksisitas kehidupan perairan bioassay efluen. Biaya dan ketersediaan lahan yang tersedia. Satu atau lebih kombinasi pengolahan dapat menghasilkan efluen yang diinginkan.
Akan tetapi hanya satu dari alternatif tersebut yang paling efektif biayanya. Seberapa jauh kualitas effluent yang diharapkan juga akan menentukan jenis dan tingkat pengolahan yang akan dilakukan. Semakin baik kualitas effluent yang diharapkan yang akan dibuang ke badan air penerima, semakin tinggi tingkat pengolahan yang harus dilakukan, yang pada akhirnya membuat biaya pengolahan akan semakin tinggi. Sebelum menentukan jenis pengolahan yang akan digunakan, pertamakali harus dilakukan karakterisasi limbah cair industri,sehingga dapat diketahui jenis pencemar yang dominan ( priority pollutants) pada suatu jenis industri. Secara umum limbah cair industri tersebut dapat dikelompokkan menjadi:.
Polutan anorganik: TSS, Cl 2 tersisa (khlor), Sulfida (sbg S), Zat padat terlarut., Besi terlarut (Fe)., Fluorida (F)., Ammonia, TKN, Zat padat terlarut., Nitrat, Nitrit, Fosfat (PO4). Polutan organik: BOD 5, COD, Minyak & lemak, MBAS. Logam berat: Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Seng (Zn), Khrom total (Cr), Nikel (Ni), Raksa (Hg), Sianida (CN), Khrom hexavalen (Cr(VI)) dan Total Chrom, Cadmium (Cd), Mangan (Mn), Titanium (Ti), Barium (Ba), Stanum (Sn), Arsen (As), Selenium (Se), Cobalt (Co), Radioaktivitas. Sedangkan untuk pH, karena merupakan parameter penting yang harus dikelola pada setiap jenis industri, maka fasilitas untuk mengontrol nilai pH harus ada. Berdasarkan pengelompokan karakteristik limbah cair industri, jenis pengolahan yang akan diterapkan untuk industri di Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi:.
Pengolahan Awal. Pengolahan Fisika-kimia (Pengolahan Primer). Pengolahan Biologi (Pengolahan Sekunder).
Pengolahan Lanjutan (Pengolahan Tersier) Air limbah yang keluar dari industri umumnya pertamakali harus melalui pengolahan awal, yang bertujuan untuk menyiapkan air limbah untuk pengolahan selanjutnya. Detailnya adalah agar beban limbah bisa berkurang, pemisahan material pengotor yang mungkin bisa merusak peralatan dan menganggu jalannya proses. Misalnya saringan ( screening) digunakan untuk menghilangkan materi-materi kasar ( coarse material) seperti plastik, daun-daunan, kertas, kayu dan lain-lain, dan materi-materi halus ( fine material) seperti benang fiber, serta zat padat tersuspensi. Grit removal digunakan untuk menghilangkan pasir. Pasir diendapkan dan dibuang dengan cara mengalirkan air limbah industri dengan kecepatan sekitar 0,4 m/det di dalam suatu grit chamber. Materi kasar dan halus, seperti pasir kasar dan halus harus dihilangkan terlebih dahulu, karena jika tidak, akan mempersulit pengolahan selanjutnya. Pengolahan awal akan mengurangi beban polutan, besarnya sangat tergantung dari jenis air limbah industri.
Proses ekualisasi dapat digunakan untuk meredam fluktuasi karakteristik air limbah. Karakter yang berfluktuatif akan menyulitkan pengolahan diproses selanjutnya dan boros dalam pemakaian bahan kimia. Fasilitas yang ada adalah bak dengan volume yang cukup dan mixer sebagai pengaduk. Dengan fasilitas tersebut karakteristik air limbah relatif konstan. Proses netralisasi, jika diperlukan, diletakkan setelah proses ekualisasi, karena sebagian dari aliran dengan pH yang berbeda akan saling menetralisasi satu sama lainnya di bak ekualisasi. Proses neutralisasi bertujuan untuk menyiapkan kondisi yang sesuai untuk proses berikutnya.
Pada prinsipnya pengolahan pendahuluan ini merupakan proses pengolahan secara fisik-kimia, akan tetapi karena pengolahan ini bertujuan untuk meringankan beban pengolahan selanjutnya, dan umumnya terdapat pada rangkaian pengolahan limbah cair di setiap industri, maka pengolahan ini dipisahkan pengelompokkannya dari pengolahan fisik-kimia. Pengolahan fisik-kimia artinya mengolah air limbah secara fisik atau kimia. Dalam proses pengolahan ini, obyek yang akan dibuang, dibuat lebih besar ukurannya sehingga dapat dengan mudah diendapkan ( coagulation &flocculation process) di bak sedimentasi (bak pengendap), diapungkan ( flotation process) serta disaring ( filtration process).
Memperbesar ukuran partikel dengan menambahkan koagulan diproses koagulasi sehingga terbentuk flok. Agar flok lebih besar lagi ukurannya bisa dengan penambahan flokulan (polymer) di proses flokulasi. Dengan lebih besar ukurannya, pemisahan dapat lebih mudah. Sebagian besar karakteristik air limbah mengandung kotoran bahan organik yang disebut dengan COD atau BOD. Pengolahan yang paling baik adalah dengan menguraikan bahan organik tersebut dengan bantuan mikroorganisme.
Pengolahan secara biologi bisa dilakukan secara aerobik (memerlukan udara) atau secara anaerobik (tidak boleh ada udara). Metoda yang digunakan pada proses pengolahan biologis baik aerobik maupun anaerobik bisa secara tersuspensi ( suspended growth) ataupun terlekat ( attached growth). Pada umumnya, proses pengolahan biologis yang digunakan untuk limbah cair industri di Jawa Barat adalah proses lumpur aktif ( activated sludge).
Proses sedimentasi merupakan proses dimana benda-benda halus yang sudah menggumpal dan siap mengendap, sebagai hasil dari proses koagulasi & flokulasi atau dari lumpur biologi, dilewatkan dalam sebuah tanki/bak pengendap dengan waktu detensi tertentu, sehingga dapat mengendap dan tepisah dari air bersihnya. Adakalanya setelah proses sedimentasi baik dari proses fisika-kimia maupun biologi, masih terdapat materi-materi halus yang tidak dapat mengendap. Pada kasus ini diperlukan fasilitas tambahan yaitu saringan atau filter. Saringan umumnya terbuat dari pasir ( single media) dengan diameter yang seragam ( uniform), atau pasir dengan diameter yang tidak seragam ( un-uniform), ataupun kombinasi dari pasir dan anthrasit ( dual media) atau lainnya. Bebarapa industri, meski telah diterapkan sistem pengolahan awal, primer (fisika-kimia) dan sekunder (biologi), namun kualitas hasil olahan masih belum memenuhi persyaratan. Oleh karena itu pada sistem itu ditambahkan pengolahan lanjutan (pengolahan tersier).
Biasanya pengolahan lanjutan diterapkan pada satu atau beberapa parameter saja. Pengolahan tersier juga biasanya diberlakukan terhadap air hasil olahan yang akan dipakai kembali (daur ulang/recycling) baik untuk dipakai di proses produksi, cuci lantai atau siram taman danlain-lain. Unit proses pengolahan lanjutan untuk keperluan recycling juga tergantung dari kualitas air yang akan digunakan. Proses teknologi membran ( Reverse Osmosis (RO), Nanofiltration (NF), Ultrafiltration (UF), Microfiltration (MF) digunakan untuk menghilangkan zat padat koloid, tersuspensi atau solid yang terlarut.
Proses penukar ion/resin ( Ion Exchange) pada umumnya digunakan untuk menghilangkan logam berat. Metoda denitrifikasi dan dephosphorisasi biologis digunakan untuk menghilangkan zat-zat organik dengan menggunakan mikroorganisma; Proses adsorpsi dengan karbon aktif butiran ( granular activated carbon, GAC) digunakan untuk menghilangkan zat organik; dan proses oksidasi secara kimia ( chemical oxidation) juga digunakan untuk menghilangkan materi organik. Jika limbah cair industri mengandung bahan B3, maka diperlukan pengolahan secara khusus untuk mengolah limbah tersebut. Lumpur atau gumpalan yang dihasilkan dari proses filtrasi maupun sedimentasi dapat dikeringkan, dibakar atau dibuang untuk pengurugan tanah, jika tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3). Materi inipun dapat diproses lebih lanjut dan dipakai ulang jika unsur B3nya telah diolah, sehingga tidak akan membahayakan penggunanya. Karakteristik Pencemar Dominan pada Beberapa Jenis Industri. Logam berat 1 Tekstil TSS, BOD5, COD, Minyak & lemak, phenol.
Sulfida (sbg S), ammonia. Khrom total (Cr) pH 2 Makanan dan minuman TSS, COD, BOD, pH, minyak dan lemak. Ammonia, phospat, pH 3 Pelapisan Logam Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Seng (Zn), Khrom total (Cr), Nikel (Ni), Khrom hexavalen (Cr+6), Cadmium (Cd), Sianida total (CN) tersisa pH 4 Sabun, Deterjen & Produk-produk Minyak Nabati TSS,BOD5, COD, Minyak & lemak, MBAS. Phosphat pH 5 Farmasi TSS, BOD5, COD, Nitrogen total (sbg N) Fenol total pH Rencana pengolahan limbah cair diawali dengan memeriksa industri yang bersangkutan untuk beberapa faktor yang terkait, misalnya sumber air limbah, jenisnya, konsentrasinya, kandungannya, besar alirannya. Selain itu juga kondisi dari tujuan pembuangan (termasuk sistem saluran air limbah), penggunaan air yang dibuang, dan jika badan air penerima adalah sungai, maka harus diperhatikan arus air sungai, kualitasnya, standar baku mutu yang ada (baik stream maupun effluent standard), metode pengolahan lumpur dsb. Data-data tadi sangat penting untuk dikumpulkan dan diidentifikasi dengan tujuan utama untuk mengolah air limbah industri secara efisien dan untuk melestarikan lingkungan.
Untuk proses industri manufuktur, jenis bahan baku yang digunakan oleh industri tersebut harus diteliti dan diketahui. Setiap orang yang bertanggungjawab pada organisasi pabrik, terutama orang yang terkait dengan pengolahan limbah, harus ikut berpartisipasi dalam proses ini. Tindakan yang harus diambil dalam pembuatan rencana pengolahan air limbah Pengurangan kuantitas dan konsentrasi buangan harus sedapat mungkin diupayakan. Banyaknya air yang dibuang bisa dikurangi dengan cara penghematan air, merubah atau memperbaiki proses produksi, pemakaian air limbah dalam berbagai tahapan ( multi stage) dsb.
Konsentrasi air limbah bisa dikurangi dengan merubah proses industri, memperbaiki peralatan, mengambil kembali dan mempergunakan produk sampingan, menerapkan pengendalian air limbah secara proporsional, memantau sistem atau jaringan pembuangan, dll. Semua hal yang disebutkan di atas harus diperbaiki secara menyeluruh sehingga pencapaian pengurangan konsentrasi air limbah dapat lebih maksimal.
Prosedur perencanaan pengolahan air limbah Setelah dilakukan investigasi seperti yang telah disebutkan sebelumnya di atas, maka kemudian dilakukan pemilihan metode pengolahan. Tahapan berikut ini dapat dipergunakan sebagai petunjuk. Pertama kali, lakukan pengklasifikasian air limbah sebagai organik atau anorganik. Air limbah organik bisa diolah secara biologis jika perbandingan BOD/CODnya lebih besar dari 60%, atau tidak boleh diolah jika perbandingan tersebut lebih kecil dari 20%.
Kemudian, pastikanlah efek pengolahan dengan cara uji biologis. Untuk air limbah anorganik, lakukan uji pengendapan, jika mengandung zat padat tersuspensi. Jika hal ini tidak tepat, maka lakukan test koagulasi. Jika air limbah mengandung bahan toxic, maka identifikasikanlah metode pengolahan yang tepat untuknya. Jika air limbah keadaannya kental, maka selidikilah cara pengambilan kembali (recovery) dengan cara mengentalkan, membakar dll. Jika cara-cara tersebut tidak berhasil untuk mencapai kualiats air yang diinginkan, maka selidiki lebih lanjut dengan melakukan adsorpsi, pertukaran ion, dll. Setelah dilakukan penetapan metode pengolahan, maka tahap berikutnya adalah memilih jenis peralatan yang akan digunakan.
Untuk hal ini, adalah penting untuk mengenali tempat instalasi pengolahan, biaya konstruksi, operasi & pemeliharaan serta manajemennya, kemampuan & efek pengolahan, kuantitas lumpur yang akan dihasilkan, tingkat kemudahan dalam pengolahan lumpur, tenaga teknik industri yang bersangkutan, standar yang ada, rehabilitasi, dll. Sumber: http://blogs.tjs.company/2014/06/pengolahan-limbah-cair-industri.html.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |